CP foundation main website
 
 
 
 

Media Coverage

  • Harian Seputar Indonesia, 28 September 2005


  • Lukisan Anjasmara Ditutup

    JAKARTA - Pameran seni rupa CP Biennale 2005 yang menampilkan foto Anjasmara-Isabel Yahya telanjang ditutup. Penutupan pameran yang digelar di Museum Bank Indonesia, Jl. Pintu Besar, Kota, Jakarta Pusat ini karena adanya kontroversi dalam pameran tersebut.

    Foto karya Davy Linggar dan Agus Suwage ini menjadi kontroversi karena dianggap menampilkan pornografi. Pameran yang diselenggarakan dua tahunan tidak akan pernah lagi diselenggarakan di Indonesia.

    Putusan penutupan pameran tersebut dikeluarkan langsung oleh curator CP Biennale 2005, Jim Supangkat, dalam konferensi persnya di Museum Bank Indonesia, kemarin. Dalam konferensi pers tersebut, Jim mengatakan bahwa ada tiga pertimbangan yang membuatnya terpaksa menutup pameran tersebut.

    Pertama, akibat adanya kontroversi lukisan foto berjudul "Pink Swing Park" yang menampilkan Anjasmara-Isabel Yahya telanjang, CP Biennale telah menjadi ajang sengketa konflik keagamaan. Menurut Jim, lukisan foto tersebut sama sekali tidak salah dan tidak melanggar hokum. Hanya saja, pemberitaan yang tidak berimbang membuat masalah tersebut menjadi masalah keagamaan.

    "Banyak tulisan dan tayangan di media massa yang tidak berimbang. Mereka mengonfirmasi keberadaan lukisan foto itu ke para ustadz," ujar Jim.

    Kedua, penutupan pameran tersebut dilakukan guna melindungi salah satu bangunan bersejarah yang ada di Indonesia, yaitu Museum BI dari tindakan-tindakan bersifat anarkistis dari kelompok-kelompok tertentu.

    "Di museum ini ada 20 karya seniman internasional. Kita tidak bisa menjamin keselamatannya jika tiba-tiba ada gangguan dari pihak luar," kata Jim.

    Ketiga, denga kasus Anjasmara-Isabel tersebut, tujuan awal pameran seni CP Biennale tidak tercapai. Awalnya, pameran seni CP Biennale 2005 Urban/Culture diselenggarakan guna menciptakan kesadaran social di antara masyarakat kota atau urban.

    "Awalnya tujuan kami adalah menciptakan kesadaran masyarakat kota untuk lebih peduli dengan sekitarnya, bahwa masih ada kehidupan lain dalam kehidupan kota itu sendiri seperti masyarakat miskin yang banyak kita temui di Jakarta ini. Namun, karena kasus ini, masyarakat lebih mengenal CP Biennale sebagai pameran yang mempertontonkan pornografi," ujarnya sedih.

    "Lukisan foto itu menggambarkan ruang urban yang bersifat individual. Ruangan ini beda dengan ruangan komunal seperti ruangan yang kita temui di masyarakat," katanya. (wahyu sibarani)



    << Previous Article  |  List of Media Coverage  |  Next Article >>